Pengukuran Kuat Medan
Elektromagnetik
A.SUTET
Medan listrik dan medan
magnet sudah ada sejak bumi kita ini terbentuk. Awan yang mengandung potensial
air, terdapat medan listrik yang besarnya antara 3000 - 30.000 V/m. Demikian
juga bumi secara alamiah bermedan listrik (100 - 500 V/m) dan bermedan magnet
(0,004 - 0,007 mT). Di dalam rumah, di tempat kerja, di kantor atau di bengkel
terdapat medan listrik dan medan magnet buatan. Medan listrik dan medan magnet
ini biasanya berasal dari instalasi dan peralatan listrik antara lain berasal
dari : sistem instalasi dalam rumah, lemari pendingin, AC,
kipas angin, pompa air, televisi, mesin tik elektronik, mesin photocopy,
komputer danprinter, mesin las, kompresor, saluran udara tegangan
rendah/menengah (SUTR/M) yang berdekatan, dan lain-lain. Pada sistem instalasi
yang bertegangan dan berarus selalu timbul medan listrik. Tetapi medan listrik
ini sudah melemah karena jaraknya cukup jauh dari sumber.
Di bawah SUTR dan SUTM kuat medan magnet bervariasi
antara 0,1 – 3,5 mikrotesla. Di dalam bangunan rumah, kantor, bengkel atau
pabrik, medan magnet karena saluran udara ini jauh lebih lemah lagi. Diusahakan
dalam pemilihan jalur SUTET tidak melintas daerah pemukiman, hutan lindung
maupun cagar alam. Di beberapa daerah pemukiman yang padat mungkin tidak bisa
dihindari jalur SUTET untuk melintas, tetapi baik medan listrik maupun medan
magnet tidak boleh diatas ambang batas yang diperbolehkan. Medan Listrik di
bawah jaringan dapat menimbulkan beberapa hal, antara lain :
- menimbulkan suara/bunyi mendesis akibat ionisasi pada permukaan penghantar (konduktor) yang kadang disertai cahaya keunguan,
- bulu/rambut berdiri pada bagian badan yang terpajan akibat gaya tarik medan listrik yang kecil,
- lampu neon dan tes-pen dapat menyala tetapi redup, akibat mudahnya gas neon di dalam tabung lampu dan tes-pen terionisasi,
- kejutan
lemah pada sentuhan pertama terhadap benda-benda yang mudah menghantar
listrik (seperti atap seng, pagar besi,kawat jemuran dan badan mobil).
1.Batas Pajanan
Medan Listrik dan Medan Magnet
Kriteria yang dipakai dalam penentuan batas pajanan
menggunakan rapat arus yang diinduksi dalam tubuh. Karena arus-arus induksi
dalam tubuh tidak dapat dengan mudah diukur secara langsung maka penentuan
batas pajanan diturunkan dari nilai kriteria arus induksi dalam tubuh berupa
kuat medan listrik (E) yang tidak terganggu dan rapat fluks magnetik (B).
Gampangnya misalnya saja suatu medan listrik yang homogen dengan kuat medan
sebesar 10 kV/m akan menginduksi rapat arus efektif kurang dari 4 mA/m2 dengan
rata-rata pengaliran arus di seluruh daerah kepada atau batang tubuh manusia
(Berhardt, 1985 dan Kaune & Forsythe, 1985). Suatu rapat fluks magnetik
sebesar 0.5 mT pada 50/60 Hz akan menginduksi rapat arus efektif sekitar 1
mA/m2 pada keliling suatu loop jaringan tubuh yang berjejari 10 cm. UNEP, WHO
dan IRPA pada tahun 1987 mengeluarkan suatu pernyataan mengenai nilai rapat
arus induksi terhadap efek-efek biologis yang ditimbulkan akibat pajanan medan
listrik dan medan magnet pada frekuensi 50/60HZ terhadap tubuh manusia sebagai
berikut : antara 1 dan 10 mA/m2 tidak menimbulkan efek biologis
yang berarti, antara 10 dan 100 mA/m2 menimbulkan efek biologis yang terbukti
termasuk efek pada sistem penglihatan dan syaraf, antara 100 dan
1000 mA/m2 menimbulkan stimulasi pada jaringan-jaringan yang dapat dirangsang
dan ada kemungkinan bahaya terhadap kesehatan dan, di atas 1000 mA/m2
dapat menimbulkan ekstrasistole dan fibrasi ventrikular dari jantung (bahaya
akut terhadap kesehatan).
Sementara menunggu ditetapkannya Enviromental
Health Criteria dari WHO mengenai medan elektromagnetik, Pemerintah akan
mengadopsi rekomendasi international radiation protection association (IRPA)
dan WHO 1990 untuk batas pajanan Medan Listrik dan Medan Magnet 50 -60Hz sebagai
berikut:
|
No.
|
Klasifikasi
|
MedanListrik
(kV/m)
|
MedanMagnet
(miliTesla)
|
|
1.
|
Lingkungan kerja:
-sepanjang hari kerja -waktu singkat ≤ 2 jam -anggota tubuh(tangan dan kaki) |
10
30 - |
0,5 5,0 25 |
|
2.
|
Lingkungan umum:
-sampai 24 jam per hari - beberapa jam per hari **) |
5 10 |
0,1 1 |
Sumber :
Rekomendasi IRPA, INIRC dan WHO tahun 1990
Di Indonesia,
pengamanan terhadap pengaruh medan listrik dan medan magnet 50-60 Hz pada
tegangan 115 V, diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 01.P/47/MPE/ 1992, diukur pada jarak 30 cm dengan ketentuan sebagai berikut
:
MedanListrik :
|
Peralatan
|
Medan listrik
(kV/m)
|
Peralatan
|
Medan
Listrik
(kV/m)
|
|
Selimut listrik
|
0,500
|
Pengering rambut
|
0,040
|
|
Stereo Set
|
0,180
|
TV berwarna
|
0,030
|
|
Lemari pendingin
|
0,060
|
Penyedot debu
|
0,016
|
|
Setrika listrik
|
0,060
|
Lampu pijar
|
0,002
|
Medan Magnet:
|
Peralatan
|
Medan magnet
|
|||
|
|
3 cm
|
30 cm
|
100 cm
|
|
|
Pengering rambut
|
6 – 2000
|
0,01 – 7
|
0,01 – 0,3
|
|
|
Alat cukup
|
15 – 1500
|
0,08 – 5
|
0,01 – 0,3
|
|
|
Bor listrik
|
400 – 800
|
2 – 3,5
|
0,08 – 0,2
|
|
|
Mixer
|
60 – 700
|
0,6 – 10
|
0,02 – 0,025
|
|
|
Televisi
|
2,5 – 50
|
0,04 – 2
|
0,01 – 0,15
|
|
|
Setrika listrik
|
8 – 30
|
0,12 – 0,3
|
0,01 – 0,025
|
|
|
Lemari pendingin
|
0,5 – 1,7
|
0,01 – 0,25
|
< 0,01
|
|
Sumber:Departemen Pertambangan dan Energi (No.
01.P/47/MPE/1992)
Pengukuran Kuat medan
Listrik SUTET 500 kV
Pengukuran medan listrik di bawah jaringan SUTET 500
kV sebagai fungsi jarak telah dilakukan dilapangan terbuka tanpa pepohonan pada
andongan terendah di 4 lokasi di Ciledug, Cirata, Ungaran dan Gresik. Kuat
medan yang diperoleh untuk Ciledug mencapai angka maksimum 4 kV/m pada titik
dibawah konduktor phasa sejarak 10 meter dari pusat sumbu saluran, Cirata
mencapai angka maksimum 17 kV/m pada titik sejarak 5 m, Ungaran mencapai angka
maksimum 4,78 kV/m pada titik sejarak 15 m, dan Gresik mencapai angka maksimum
3,32 kV/m pada titik sejarak 20 m. Kuat medan listrik pada titik tengah antara
dua deretan konduktor phasa diperoleh lebih kecil, dimana hal tersebut
diakibatkan oleh penjumlahan vektoral medan listrik yang ditimbulkan oleh
susunan konfigurasi konduktor phasa. Untuk konfigurasi yang lainnya diperoleh
keadaan kuat medan listrik yang sedikit lebih tinggi. Menurut IRPA dan WHO,
batasan pajanan kuat medan listrik yang diduga dapat menimbulkan efek biologis
untuk umum adalah 5 kV/m, sedang hasil pengukuran dilapangan terbuka terhadap
kuat medan listrik di bawah SUTET mencapai angka maksimum 4.78 kV/m (di
Ungaran) pada titik sejarak 15 m, kecuali didaerah Cirata mencapai 17 kV/m
tetapi ini merupakan tempat tebing dan curam yang tidak dilalui penduduk.
Pengukuran kuat medan Listrik di dalam rumah juga
dilakukan di 3 lokasi pada posisi listrik hidup, dengan hasil pengukuran
sebagai berikut : di desa Marga Hurip, Kec. Banjaran, Kab. Bandung diperoleh
angka maksimum 0.0255 kV/m; desa Genuk RT. 01 Ungaran diperoleh angka maksimum
0.0124 kV/m; dan perumahan Bhakti Pertiwi Gresik diperoleh angka maksimum
0.0175 kV/m. Kuat medan listrik di dalam rumah dalam posisi listrik menyala
memperlihatkan harga yang kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya redaman rumah
terhadap pajanan medan listrik. Sedangkan pengukuran kuat medan listrik pada
posisi listrik tidak menyala, diperoleh hasil sedikit lebih rendah dibanding
oleh kuat medan listrik pada posisi nyala. Hasil pengukuran ini jauh dibawah
batas pajanan yang diperbolehkan.
Kuat Medan
Magnet SUTET 500 KV
Pengukuran kuat medan magnet dilakukan di lapangan terbuka
tanpa adanya pengaruh keberadaan pohon-pohonan, rumah serta obyek-obyek lain.
Pengukuran kuat medan untuk Ciledug mencapai angka maksimum 0,0021 mili Tesla
dititik 0 meter (sejajar tower), Cirata mencapai angka maksimum 0,036 mili
Tesla pada titik sejarak 0 m, Ungaran mencapai angka maksimum 0,00180 mili
Tesla pada titik sejarak 0 m, sedang Gresik mencapai angka maksimum 0,0021 mili
Tesla pada titik sejarak 0 m. Menurut IRPA dan WHO, batasan pajanan kuat medan
magnet yang diduga dapat menimbulkan efek biologis untuk umum adalah 0,5 mili
Tesla, sedang seperti diuraikan diatas kuat medan magnet di bawah SUTET 500 kV
dilapangan terbuka mencapai harga maksimum 0,036 mili Tesla (di Cirata) pada
titik 0 m sejajar tower. Jadi masih sangat jauh dibawah ambang batas yang
ditetapkan. Pengukuran kuat medan magnet di tiga lokasi dilakukan pada posisi
listrik nyala, diperoleh hasil sebagai berikut : di desa Marga Hurip, Kec.
Banjaran, Kab. Bandung diperoleh angka maksimum 0.0255 mili Tesla; di desa
Genuk RT. 01 Ungaran diperoleh angka maksimum 0.0124 mili Tesla; dan di
perumahan Bhakti Pertiwi Gresik diperoleh angka maksimum 0.0175 mili Tesla.
Pengukuran kuat medan magnet di dalam rumah dengan posisi listrik nyala
memperlihatkan harga yang kecil. Hal ini, sama seperti pada kasus pengukuran
medan listrik, disebabkan pula oleh adanya redaman rumah terhadap pajanan medan
magnet. Demikian juga pengukuran kuat medan magnet pada posisi listrik tidak
menyala, diperoleh hasil sedikit lebih rendah dibanding oleh kuat medan listrik
pada posisi nyala. Hasil pengukuran ini jauh dibawah batas pajanan yang
diperbolehkan.
Pedoman
Teknis Pengurangan Dampak Medan Listrik dan Medan Magnet
Dari penelitian yang sudah dilakukan ditemukan kuat
medan listrik di halaman/luar rumah lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam
rumah, sehingga dalam rangka peningkatan kondisi lingkungan akibat adanya SUTET
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : mengusahakan agar rumahnya
berlangit-langit, menanam popohonan sebanyak mungkin disekitar rumah pada
lahan yang kosong, bagian atap rumah terbuat dari atap logam, seharusnya
ditanahkan (digroundkan), penduduk disarankan tidak berada diluar rumah
terutama pada malam hari, karena pada saat itu arus yang mengalir pada kawat
penghantar SUTET lebih tinggi dari pada siang hari.
Pengamanan terhadap arus peluahan elektrostatis perlu
dilakukan untuk menghindari adanya pengutupan muatan yang akan terjadi pada
benda terbuat dari bahan logam. Caranya yaitu dengan mentanahkan agar terjadi
penetralan kembali semua benda terbuat dari bahan logam dengan ukuran cukup
besar (contohnya kawat jemuran, kabal interkom, mobil dan sepeda motor), yang
terletak dibawah SUTET. Hal ini dikarenakan untuk menghindari adanya pengutupan
muatan yang akan terjadi pada objek tersebut, dengan mentanahkan maka akan
terjadi penetralan kembali. Akibat adanya arus peluahan ini pengamanan yang
harus dilakukan oleh penduduk adalah: disarankan tidak membuat jemuran
yang atasnya bebas sama sekali dari pepohonan; disarankan membuat jemuran
bukan berasal dari kawat dan tiang besi, (contoh : kayu, bambu, tali plastik)
dan kalau terpaksa membuat jemuran yang menggunakan bahan konduktor maka harus
di tanahkan; saluran interkom harus jauh dari SUTET; bila atap
bukan dari bahan logam (genting, asbes, sirap) maka usahakan atap tersebut
tidak terdapat bahan logam (misalnya antena TV, talang seng); jangan memasang
antena TV atau radio (ORARI)di atap rumah; usahakan kendaraan bermotor
(mobil, sepeda motor dll) ditanahkan untuk menghilangkan medan elektrostatis
akibat induksi SUTET; usahakan tidak terdapat bahan-bahan yang bersifat
konduktor berada di teras rumah yang bertingkat di bawah SUTET; Sering
mungkin melakukan pengukuran tegangan dengan testpen pada objek yang dicurigai
bertegangan.
Pengamanan Terhadap Induksi Tegangan Lebih Transien
Pada Peralatan Listrik dapat dilaksanakan dengan pemasangan titik nol yang
ditanahkan. Tegangan induksi pada peralatan di bawah SUTET aman bagi manusia.
Pengamanan Terhadap Tegangan Langkah dan Tegangan
Sentuh disarankan penduduk agar masyarakat tidak masuk didalam daerah sekitar
pentanahan kaki menara yang telah diberi pagar oleh PLN.
Pengamanan Terhadap Bahaya Putusnya Kawat Saluran
Transisi dilakukan agar pemukiman yang dilintasi SUTET perlu ditanami pepohonan,
tetapi perlu di pantau ketinggiannya dan batas-batas ruang bebas, yaitu puncak
pohon berjarak minimum 15 M dari kabel SUTET terbawah. Bahaya putusnya kawat
SUTET belum pernah dijumpai, yang dijumpai adalah pecahnya isolator, oleh sebab
itu digunakan isolator ganda dan dengan tanaman pohon dibawah SUTET yang
dipantau ketinggiannya maka bahaya seandainya kawat SUTET putus dapat
dieleminir.
Pengamanan terhadap loncatan listrik keinstalasi
diatas atap bangunan diadasarkan pada Peraturan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 01.P/47/MPE/1992, yaitu agar jarak minimum titik tertinggi bangunan (pohon)
terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV harus memenuhi ketentuan
sbb : Jarak minimum titik tertinggi bangunan tahan api terhadap titik
terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 8,5 m; Jarak minimum titik
tertinggi jembatan besi titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 8,5
m; Jarak minimum jalan kereta api terhadap titik terendah kawat
penghantar SUTET 500 kV adalah 15 m; Jarak minimum lapangan terbuka
terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV adalah 11 m; Jarak
minimum titik tertinggi bangunan tidak tahan api terhadap titik terendah kawat
penghantar SUTET 500 kV adalah 15 m; Jarak minimum titik tertinggi
bangunan tidak tahan api terhadap titik terendah kawat penghantar SUTET 500 kV
adalah 15 m; Jarak minimum jalan raya terhadap titik terendah kawat
penghantar SUTET 500 kV adalah 15 m. Ruang bebas adalah ruang sekeliling
penghantar yang dibentuk oleh jarak bebas minimum sepanjang SUTT atau SUTET
yang didalam ruang itu harus dibebaskan dari benda-benda dan kegiatan lainnya.
Ruang bebas ditetapkan berdeda-beda dalam luas dan bentuk. Sementara ruang aman
adalah ruang yang berada di luar ruang bebas. Lahan atau tanahnya yang masih
dapat dimanfaatkan. Dalam ruang aman pengaruh kuat medan listrik dan kuat medan
magnet sudah dipertimbangkan dengan mengacu kepada peraturan yang berlaku.
Ruang bebas dan ruang aman dapat diatur besarnya sesuai kebutuhan pada saat
mempersiapkan rancangbangun. Ruang aman dapat diperluas dengan cara meninggikan
menara dan atau mempendek jarak antara menara.
B.Hand Phone
Perkembangan kecanggihan
ponsel saat ini menggelitik para ahli radiasi untuk melihat seberapa jauh
kemungkinan pengaruh adanya radiasi gelombang elektromagnetik yang dipancarkan
oleh emiter ponsel terhadap tubuh manusia. Suatu penelitian yang pada
saat ini sedang dilakukan di Universitas Lund (Swedia) menunjukkan bahwa
radiasi yang dipancarkan oleh ponsel dapat mempengaruhi fungsi enzim dan
protein. Penelitian yang dilakukan terhadap tikus percobaan menunjukkan adanya
perubahan biokimia dalam darah tikus, yaitu terjadinya perubahan protein
albumin yang berfungsi dalam memasok aliran darah ke otak. Professor Leif
Salford seorang peneliti masalah dampak pemakaian ponsel terhadap kesehatan,
mengatakan bahwa gelombang mikro yang keluar dari ponsel dapat memicu timbulnya
penyakit "alzheimer" atau kepikunan lebih awal dari usia semestinya.
Alzheimer adalah salah satu penyakit yang menyebabkan menurunnya kemampuan
berfikir serta kemampuan mengingat-ingat atau memori, sehingga gejala penyakit
alzheimer mirip dengan orang tua yang pikun. Walaupun belum terbukti secara
langsung bahwa penggunaan ponsel adalah penyebab utama timbulnya penyakit alzheimer,
namun menurut Prof. Leif Salford akibat yang mungkin ditimbulkan oleh radiasi
elektromagnetik dari ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja, tapi harus
secara cermat diteliti segala kemungkinan yang dapat ditimbulkan oleh pemakaian
ponsel.
Spektrum gelombang
elektromagnetik dikelompokkan berdasarkan panjang gelombangnya atau bisa juga
dikelompokkan berdasarkan frequensinya. Pancaran gelombang elektromagnetik
dari ponsel dengan frequensi antara 450 - 1800 MHz telah memasuki daerah
gelombang mikro seperti halnya radar. Bila dilihat energinya, maka pancaran
gelombang elektromagnetik dari ponsel akan menghasilkan energi yang
mengikutipersamaanberikutini:
E =hu
= h c/l
E =hu
= h c/l
dimana:
E =energi yang dihasilkan,erg.
h =konstanta planck ,6,62x10-27 erg detik
c =kecepatan cahaya ,300.000 km/detik = 3.1010 cm/detik
l=panjang gelombang.
E =energi yang dihasilkan,erg.
h =konstanta planck ,6,62x10-27 erg detik
c =kecepatan cahaya ,300.000 km/detik = 3.1010 cm/detik
l=panjang gelombang.
Kalau panjang gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel diambil 10-2 meter, maka energi elektromagnetik yang akan dihasilkan dapat dihitung sebagai berikut;
E =6,62.10-27x3.1010/(10-2.10-2)
=19,86.10-17 erg
Karena;1eV=1,6.10-12 erg
Maka:E =(19,86.10-17)/(1,6.10-12)eV.
=12,41.10-5eV
=1,241.10-6eV
Pada saat telepon seluler
digunakan untuk berkomunikasi, telepon seluler memancarkan GEM dengan frekwensi antara 825-845 Mhz. Pancaran GEM dan telepon seluler inilah yang merupakan radiasi telepon seluler. Selagi digunakan telepon seluler selalu didekatkan ketelinga si pengguna sehingga posisi telepon seluler sangat dekat dengan otak Si pengguna. Radiasi GEM akan berinteraksi
dengan otak. Molekut-molekul air di dalam otak yang merupakan momen dipol listrik permanen akan berinteraksi dengan radiasi ini. Dipol
listrik molekul akan cenderung mengarah dengan arah medan listrik luar karena medan listrik GEM berubah bolak-balik terhadap waktu, demikian pula arah dipol listrik molekul air di dalam otak juga
akan berubah bolak balik terhadap waktu. Dipol listrik akan bergerak bebas
jika dipol ini terisolasi,
namun karena di datam medium, maka gerak dipol
mengalami gesekan. Energi gesekan ini akan dirubah
menjadi energi panas sehingga otak akan menghangat.
Seberapa berbahayanya pengaruh radiasi ini terhadap otak, hal ini
tergantung dan berapa besar intensitas radiasi telepon seluler dan frekwensi GEM yang digunakan iika jarak antara otak
dan telepon seluler dengan intensitas radiasi 3 watt/cm2 adalah 6 cm, maka intensitas radiasi yang sampai di otak adalah sekitar 30 mwatt/cm2.
Dengan menggunakan hubungan antara intensitas I dan medan listrik E yaitu:
I= 1/2c
E 
I= 1/2c
dan energi potensial E
dari dipol listrik
P di dalammedan listrik E yaitu
E maka energi potensial per dipol (molekul) adalah sebesar :
E maka energi potensial per dipol (molekul) adalah sebesar :
p = 6,2x10
cm
600watt/m2 /(3.10 m/dt .8.854.10
) N m C
= 2,946x1 0.27 J.
= 2,946x1 0.27 J.
Dari perhitungan energi potensial interaksi antar molekul, diperoleh bahwa energi potensial
interaksi antar molekul ini nilainya tergantung posisi relatif antar molekul dan berkisar antara -222x10
J sampai 2,22x10
J. Molekul-molekul
yang terpengaruh oleh GEM adalah ang mempunyai
energi potensial interaksi antara molekul dari -2,946x10
sampai 2,946x10
J.
Molekul-molekul ini akan bergerak bolak-balik sesuai dengan frekwensi GEM. Air merupakan konduktor yang tidak bagus untuk GEM dengan frekwensi sekitar 10
Hz atau sekitar
frekwensi radiasi telepon seluler dan
hanya akan menembus dalam orde 1cm. Jika diambil penampang samping
otak sekitar 100 cm2 maka masa
otak yang terpengaruh radiasi adalah
sekitar 100 gram dan masa air
yang terpengaruh sekitar 75 gram
atau lebih-kurang 4 mol. Jika ada
1 mol, molekul yang seperti ini adalah
1,33x10
% nya, maka untuk
frekwensi GEM 835 Mhz, energi
yang terserap per detik adalah 2,946x10
x6,02x1 0
x 835.10
x l,33x10
% = 0,0466 cal.
Karena ada 4 mol air di dalam otak yang
terpengaruti radiasi, maka energi yang terserap adalah 1,864 cal. Masa otak
rata-rata orang dewasa adalah
sekitar 1300 gram, sehingga tenaga
yang diserap ini dapat menaikkan suhu otak sebesar :
T = Q / mc = 1,864cal/l300 gram x 1cal/gramC =0,001434°C.
Ada kenaikkan suhu 0.0014340 C per detik atau 5,160 C per jam. Jadi bila pengguna telepon seluler menggunakannya untuk jangka waktu 1 jam tanpa henti, otaknya akan menghangat dengan kenaikkan suhu 5,16 C. Tentu hal ini tidak menyehatkan dan efek penghangatan otak inilah yang dicurigai sebagai penyebab kanker. Penggunaan telepon seluler selama satu jam terus-menerus jarang terjadi, sehingga terjadinya kasus tersebut peluangnya juga kecil.
Molekul-molekul ini akan bergerak bolak-balik sesuai dengan frekwensi GEM. Air merupakan konduktor yang tidak bagus untuk GEM dengan frekwensi sekitar 10
Ada kenaikkan suhu 0.0014340 C per detik atau 5,160 C per jam. Jadi bila pengguna telepon seluler menggunakannya untuk jangka waktu 1 jam tanpa henti, otaknya akan menghangat dengan kenaikkan suhu 5,16 C. Tentu hal ini tidak menyehatkan dan efek penghangatan otak inilah yang dicurigai sebagai penyebab kanker. Penggunaan telepon seluler selama satu jam terus-menerus jarang terjadi, sehingga terjadinya kasus tersebut peluangnya juga kecil.
Hasil perhitungan tersebut di atas menunjukkan bahwa quantum
energi yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik ponsel, secara kuantitas
relatif masih kecil karena hanya berkisar seper sejuta elektron Volts. Namun
kalau jarak sumber radiasi dengan materi, yaitu jarak antara pesawat ponsel
dengan kepala (khususnya telinga) diperhitungkan, maka dampak radiasi
elektromagnetik yang dipancarkan oleh ponsel tidak boleh diabaikan begitu saja.
Alasannya adalah karena intensitas radiasi elektromagnetik yang diterima oleh
materi (kepala khusus bagian telinga), akan berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak, artinya makin dekat dengan sumber radiasi (ponsel) akan makin besar
radiasi yang diterima. Persoalan akan lebih menarik lagi, kalau waktu kontak
atau waktu berbicara melalui ponsel diperhitungkan, maka akumulasi dampak
radiasi akibat pemakaian ponsel perlu dicermati lebih jauh lagi. Hal-hal inilah
yang pada saat ini sedang diteliti oleh Prof. Leid Salford, yaitu dampak
radiasi elektromagnetik ponsel terhadap tubuh manusia.
Pengamatan lebih jauh
mengenai dampak radiasi elektromagnetik ponsel terhadap tubuh manusia, ternyata
mempunyai kemiripan dengan dampak radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan oleh
radar. Pesawat radar sejauh ini telah diduga mempunyai dampak terhadap manusia
yang berada pada sekitar instalasi radar. Dampak tersebut adalah kemampuan
radar mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh manusia. Perlu diingat bahwa
sel-sel yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar mengandung air, maka
dampak agitasi terhadap molekul air perlu mendapat perhatian yang seksama.
Agitasi yang ditimbulkan oleh radiasi elektromagnetik. Kalau intensitas radiasi
elektromagnetiknya cukup kuat, maka molekul-molekul air terionisasi, dampak
yang ditimbulkan mirip dengan akibat yang ditimbulkan oleh radiasi nuklir.
Peristiwa agitasi oleh gelombang mikro yang perlu diperhatikan adalah yang
berdaya antara : 4 mW/cm2 ~ 30 mW/cm2. Agitasi bisa
menaikkan suhu molekul air yang ada di dalam sel-sel tubuh manusia dan ini
dapat berpengaruh terhadap kerja susunan syaraf, kerja kelenjar dan hormon
serta berpengaruh terhadap psikologis manusia. Menurut para ahli, untuk waktu
kontak yang cukup lama, ada kemungkinan terjadi sterilisasi terhadap organ
reproduksi. Hal-hal inilah yang kemungkinan diduga sebagai penyebab timbulnya
penyakit "alzheimer" yang pada saat ini tengah diteliti oleh Prof.
Leid Salford. Alzheimer atau timbulnya kepikunan yang terlalu dini, sudah
barang tentu sangat merugikan manusia karena jelas akan menurunkan
produktivitas kerja seseorang.
Hal penelitian mengenai pengaruh gelombang mikro
terhadap tubuh manusia menyatakan bahwa untuk daya sampai dengan 10 mW/cm2
masih termasuk dalam nilai ambang batas aman. Nilai ambang batas aman sebesar
10 mW/cm2 ini berlaku di Amerika, sedangkan untuk negara-negara lain
belum dicapai kata sepakat berapa sebenarnya nilai ambang batas aman tersebut.
Sebagai contoh, Rusia menetapkan nilai ambang batas aman adalah 0,01 mW/cm2,
jauh lebih kecil (1/1000 nya) nilai ambang batas aman yang ditetapkan oleh
Amerika. Jadi mengenai penetapan nilai ambang batas aman masih perlu diteliti
lebih jauh lagi, demi keselamatan pemakai gelombang mikro termasuk pula
terhadap pemakaian ponsel. Kekhawatiran terhadap adanya radiasi elektromagnetik
yang dikeluarkan oleh ponsel, ternyata telah dimanfaatkan secara psikologis
oleh produsen peralatan proteksi radiasi yang ditimbulakan oleh ponsel. Pada
saat ini memang telah diperdagangkan suatu alat yang dikatakan dapat
memproteksi radiasi yang ditimbulkan oleh pontel, terutama yang katanya dapat
menembus dan mempengaruhi jaringan otak manusia. Seberapa jauh efektifitas alat
proteksi radiasi yang ditimbulkan oleh pemakaian ponsel, sejauh ini masih perlu
diteliti kebenarannya. Namun yang jelas, dampak psikologis terhadap kemungkinan
adanya pengaruh radiasi elektromagnetik yang dikeluarkan oleh ponsel, telah
dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menjual peralatan proteksi tersebut.
Peralatan proteksi radiasi tersebut ada yang berlabel buatan Amerika dan
berbentuk cincin yang menurut "petunjukknya" harus ditempelkan pada
bagian telinga agar radiasi elektromagnetik dari ponsel tidak sampai ke
jaringan otak. Harga yang ditawarkan untuk peralatan proteksi radiasi tersebut
berkisar Rp 25.000,- per buah. Ada juga peralatan lain yang dikatakan sebagai
reduktor radiasi elektromagnetik ponsel berupa loudspeaker telinga yang
dilengkapi dengan extension kabel atau lebih populer dengan sebutan alat
"hands free". Dengan alat hands free ini orang dapat berkomunikasi
via ponsel tanpa memegang ponsel. Harga peralatan jenis terakhir ini ditawarkan
dengan harga bervariasi antara Rp. 50.000 – Rp. 80.000,- tergantung dari jenis
/ merk ponselnya. Alat ini agaknya masih dekat denga tubuh karena pada umumnya
dimasukkan ke dalam saku baju. Namun sekali lagi, seberapa jauh efektifitas
peralatan proteksi radiasi elektromagnetik tersebut, kiranya masih perlu
diteliti lebih lanjut. Satu hal yang pasti dan perlu diperhatikan adalah
berkomunikasilah dengan ponsel seperlunya saja, agar waktu kontaknya singkat
sehingga dosis yang diterima kecil dan waktu kontak yang singkat juga
berpengaruh terhadap kantong Anda, karena menghemat pemakaian pulsa ponsel.
C.Dampak
Kesehatan Medan
Eletromagnetik
Kekhawatiran akan pengaruh buruk medan listrik dan
medan magnet terhadap kesehatan dipicu oleh publikasi hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wertheimer dan Leeper pada tahun 1979 di Amerika. Penelitian
tersebut menggambarkan adanya hubungan kenaikan risiko kematian akibat kanker
pada anak dengan jarak tempat tinggal yang dekat jaringan transmisi listrik
tegangan tinggi. Banyak ahli yang meragukan hasil penelitian tersebut dengan
menunjuk berbagai kelemahannya, antara lain tidak adanya data hasil pengukuran
kuat medan listrik dan medan magnet yang mengenai kelompok anak-anak yang
diteliti. Koreksi yang dilakukan oleh peneliti lainnya seperti yang dilakukan
oleh Savitz dan kawan-kawan serta temuan studi Fulton dan kawan-kawan, ternyata
hubungan tersebut tidak ada. Hasil penelitian dengan metoda yang lebih
disempurnakan pernah dilakukan oleh Maria Linett dan kawan-kawan dari National
Cancer Institute -Amerika tahun 1997. Penelitian yang melibatkan lebih kurang
1200 anak ini melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara kejadian leukemia pada
anak yang terpajan medan listrik dan medan magnet dengan anak-anak yang tidak
terpajan. Temuan ini mengukuhkan penolakan terhadap hasil penelitian yang
dilakukan oleh Wertheimer dan Leeper tersebut.
Penelitian dengan menggunakan hewan percobaan pernah
dilakukan sejak tahun 60-an dengan hasilnya bervariasi mulai dari gambaran yang
tidak berpengaruh, adanya perubahan perilaku sampai pada pengaruh terjadinya
cacat pada keturunan. Sesungguhnya hasil penelitian pada hewan yang menunjukkan
adanya pengaruh buruk tersebut diakibatkan oleh penggunaan kuat medan listrik
atau medan magnet yang sangat besar dalam percobaan tersebut. Percobaan dengan
kuat medan listrik dan medan magnet sampai pada tingkat yang menghasilkan
kelainan tersebut memang diperlukan untuk mengetahui proses terjadinya gangguan
tertentu sehingga dapat dipergunakan sebagai dasar penanggulangannya. Kuat
medan listrik dan medan magnet yang digunakan pada percobaan tersebut hampir
mustahil dapat dihasilkan dan terjadi di lingkungan sekitar kehidupan manusia.
Pengaruh medan listrik dan medan magnet terhadap kesehatan sangat tergantung pada
dosis yang diterimanya. Dosis yang kecil tentu tidak akan berpengaruh, bahkan
penelitian yang dilakukan oleh Piekarsi dari negara bekas Uni Sovyet
menunjukkan efek positif terhadap penyambungan tulang yang patah pada anjing
percobaan.
Para ahli telah sepakat bahwa medan listrik dan medan
magnet yang berasal dari jaringan listrik digolongkan sebagai frekuensi ekstrim
rendah dengan konsekuensi kemampuan memindahkan energi sangat kecil, sehingga
tidak mampu mempengaruhi ikatan kimia pembentuk sel-sel tubuh manusia.
Disamping itu sel tubuh manusia mempunyai kuat medan listrik sekitar 10 juta
Volt/m yang jauh lebih kuat dari medan listrik luar. Medan listrik dan medan
magnet dengan frekuensi ekstrim rendah ini juga tidak mungkin menimbulkan efek
panas seperti yang dapat terjadi pada efek medan elektromagnet gelombang mikro,
frekuensi radio, dan frekuensi yang lebih tinggi seperti pada telepon seluler.
Adanya sementara orang yang tinggal dekat dengan jaringan transmisi listrik
melaporkan keluhan-keluhan seperti sakit kepala, pusing, berdebar dan susah
tidur serta kelemahan seksual adalah bersifat subyektif, karena persepsi mereka
yang kurang tepat.
Mekanisme Interaksi EMF dengan Bahan
Apabila energi radiofrekuensi (RF) diserap oleh suatu
medium bahan, maka akibat yang paling nyata adalah timbulnya panas, sehingga
intensitas radiasi dapat ditentukan secara kalorimetri.
Mekanisme interaksi medan listrik dan magnetik dengan
benda hidup sebenarnya sangat sederhana, yaitu berupa induksi medan dan juga
arus listrik pada jaringan (tissue) biologi3. Besaran medan dan arus listrik
tersebut ditentukan oleh hubungan yang kompleks di antara banyak faktor,
termasuk frekuensi dan intensitas medan, sifat kelistrikan jaringan tubuh
manusia, dan kondisi pemaparan (exposure condition). Jika tubuh menyerap
intensitas medan listrik dan magnetik yang relatif cukup, maka hal ini akan
merangsang sistem syaraf dan otot-otot di dalam tubuh. Bahkan, pada intensitas
yang agak rendahpun hal ini akan berpengaruh pada aktivitas modulasi di dalam
otak maupun sistem syaraf.
Lebih jauh lagi, medan listrik di udara akan
menginduksi muatan arus listrik (AC) pada permukaan tubuh yang disinari4. Hal
ini akan mengakibatkan getaran yang signifikan pada rambut kepala maupun bulu
leher. Ambang batas getaran pada rambut manusia menunjukkan variasi yang cukup
lebar. Laporan dari ref.4 menunjukkan bahwa hal tersebut terjadi pada sekitar
10% dari orang dewasa yang tersinari oleh 50 Hz medan listrik pada 12 kVm-1,
serta 5% dari yang disinari tersebut sekitar 3 kVm-1. Efek tersebut sebetulnya
tidak dianggap terlalu berbahaya, namun dapat mengakibatkan ketidaknyamanan dan
stress pada orang yang disinari dalam waktu yang lama. Ambang batas yang dapat
dianggap mengganggu adalah antara 15 sampai dengan 20 kVm-1[5].
Sejumlah mekanisme interaksi biofisika telah diajukan
untuk dapat menjelaskan bagaimana medan listrik berfrekuensi rendah dapat
mempengaruhi jaringangan hidup (living tissue) dan mengakibatkan efek
biologik yang signifikan. Mekanisme-mekanisme tersebut adalah resonansi ion
cyclotron (alat pemercepat partikel), resonansi parametrik, serta efek langsung
partikel magnetik pada sel-sel otak. Namun, data eksperimen yang mendukung hal
itu sangat sedikit, lebih banyak faktor teori. Sedikitnya, data hasil eksperimen
bukan berarti kabar gembira, tetapi hal ini lebih baik dijadikan untuk
meningkatkan kehati-hatian.
Dominasi mekanisme interaksi pada jaringan biologik
dapat berubah dari arus listrik menjadi panas sejalan dengan meningkatnya
frekuensi dari sekitar 100 kHz. Energi foton radiasi RF sangat jauh dari
kemungkinan efek secara langsung untuk mengubah ikatan kimia suatu bahan. Medan
listrik yang terinduksi di dalam jaringan oleh radiasi RF menghasilkan
penyerapan energi akibat polarisasi susunan muatan listrik dan aliran ion-ion.
Hal ini dapat dimisalkan bahwa penambahan energi rotasi secara linier akan
dengan cepat terdisipasi oleh tumbukan molekul, sehingga akan menghasilkan
panas. Penyerapan radiasi RF, pada tingkat permukaan, dapat dideteksi oleh
kulit yang sensitif terhadap temperatur. Tetapi, hal tersebut tidak dapat
membatasi paparan radiasi EMF yang merusak.
The National Radiological Protection Board (NRPB) UK, Inggris, telah menerbitkan peraturan berupa larangan dan
pembatasan paparan EMF pada daerah tempat kerja maupun tempat tinggal di
Inggris. Pada frekuensi rendah, pembatasan masuknya densitas arus ke dalam
tubuh diberlakukan guna menghindari kelainan fungsi otak dan sistem syaraf. Di
samping itu, juga untuk menghindari muatan medan listrik pada permukaan. Pada
frekuensi tinggi, pembatasan didasari pada pemanasan seluruh tubuh dan sebagian
volume jaringan. Namun, suatu hal yang menggembirakan bahwa untuk sementara hal
yang terakhir belum dianggap terlalu membahayakan.
Secara garis besar, energi total yang diserap dan
distribusinya di dalam tubuh manusia adalah tergantung beberapa hal:
- Frekuensi dan panjang gelombang medan elektromagnetik.
- Polarisasi medan EMF.
- Konfigurasi (seperti jarak) antara badan dan sumber radiasi EMF.
- Keadaan paparan radiasi, seperti adanya benda lain di sekitar sumber radiasi.
- Sifat-sifat elektrik (listrik) tubuh (konstan dielektrik dan konduktivitas). Hal ini sangat tergantung pada kadar air di dalam tubuh. Radiasi akan lebih banyak diserap pada media dengan konstan dielektrik yang tinggi, seperti otak, otot, dan jaringan lainnya dengan kadar air yang tinggi.
Dengan mengetahui sifat-sifat listrik dan geometri
tubuh yang teriradiasi serta kondisi paparan radiasi dari luar, maka secara
prinsip memungkinkan untuk menghitung medan yang di dalam tubuh dan laju energi
yang diserap oleh tubuh. Secara matematis, besaran medan radiasi juga dapat
dihitung, seperti menggunakan beberapa faktor yang ada untuk suatu geometri,
seperti bidang, bola, dan silinder.
Efek Fisiologik
Medan dan arus listrik pada frekuensi rendah apabila
berinteraksi dengan jaringan biologik dapat mengakibatkan efek fisiologik
maupun psikologik. Ada beberapa bukti kecil yang menunjukkan bahwa paparan
tingkat rendah mengakibatkan ketidakkonsistenan pada fisiologi. Beberapa
parameter selalu mengalami perubahan, meskipun kadang-kadang ada yang stabil.
Namun, masih dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat efek fungsi organ yang
berarti.
Efek yang lebih sering diamati adalah paparan RF dan
EMF pada otak serta sistem syaraf. Kemungkinan perubahan ditemukan pada respons
(tanggapan) untuk beberapa voluntir setelah paparan EMF di bawah kabel listrik
bertegangan tinggi. Hal ini juga didukung oleh data informasi efek EMF pada
otak yang mengalami medan dari arus listrik. Perubahan-perubahan kecil dapat
juga ditelaah pada perilaku mencit yang mengalami medan magnet 0,75 mT (tingkat
yang mungkin dijumpai pada daerah kerja). Beberapa peneliti bidang ini juga
telah mengamati baik secara in vivo maupun in vitro, termasuk
aktivitas neuronal, metabolisme neurotransmitter, serta interferensi dengan
mekanisme normal ion kalsium homeostasis. Namun, lagi-lagi untungnya, respons
dari hasil studi tersebut tidak signifikan.
Sebagai tambahan juga dilaporkan oleh beberapa
voluntir, namun tidak atau belum dapat ditetapkan. Karena mungkin hal ini lebih
bersifat subjektif. Sebagai contoh, paparan yang cukup lama oleh medan listrik
sebesar 9 kVm-1 dan juga medan magnetik sebesar 20 µT dapat sedikit mengurangi
detak jantung sebesar beberapa detak per menit. Paparan yang sama juga dapat
menyebabkan perubahan yang spesifik electroencephalogram konsisten
dengan kekurang-cocokan dalam proses kognitif yang digunakan dalam mengambil
suatu keputusan. Sejarah paparan radiasi tersebut juga tentunya mempengaruhi
efek yang terjadi. Efek yang lain juga mungkin terjadi, seperti dalam situasi
paparan khusus sampai dengan dosis EMF yang cukup rendah dapat mempengaruhi
irama jantung. Tetapi, hasil penelitian tersebut masih perlu dikonfirmasi
ulang, mengingat kecil kemungkinannya dalam kondisi biasa sehari-hari.
Berkaitan dengan hal tersebut, dampak yang telah dilaporkan hanya dari voluntir
bertempat tinggal di sebuah apartemen bawah tanah terisolasi yang diekspos
dengan medan listrik dengan frekuensi 10 Hz pada 2,5 V m-1. Jadi, mungkin efek
yang timbul belum tentu akibat EMF, tetapi mungkin saja akibat tempat tinggal
yang di bawah tanah tersebut.
Hanya sedikit informasi dampak yang signifikan
sehubungan dengan efek fisiologi dari paparan medan listrik yang kuat. Sebagai
contoh, pernah dilaporkan adanya efek berupa kepala pening dan gangguan
penglihatan pada voluntir yang tersinari medan magnetik 60 mT. Namun, sebagian
besar informasi berupa efek fisiologik terhadap radiasi RF, dengan efek yang
konsisten berupa timbul panas yang menghasilkan kenaikan temperatur tubuh
sekitar 1oC atau lebih. Respons tersebut menunjukkan bahwa beban panas total
selama paparan RF adalah jumlah laju energi spesifik yang terserap (specific
absorbtion rate, SAR) dan laju produksi panas, yaitu antara 1 W kg-1 dan 10
W kg-1. Dalam hal ini, jika organ jaringan seperti mata dan testis diketahui
sangat sensitif terhadap panas, juga dianggap sangat sensitif terhadap RF.
Selanjutnya, perlu diingat bahwa deposisi tenaga di dalam tubuh oleh radiasi RF
adalah tidak seragam. Perbedaan sifat listrik dari tissue serta refleksi dan
refraksi radiasi pada tissue, akan menghasilkan bentuk energi deposisi yang
tidak teratur (tak seragam).
Reproduksi dan Pengembangan
Perhatian secara khusus telah diberikan terhadap
kemungkinan dampak pada embrio dan fetus berkaitan dengan paparan kerja medan
EMF berintensitas rendah, khususnya pada para operator visual display units
(VDUs) dan staf yang mengoperasikan clinical magnetic resonance diagnostic
systems. Namun, sampai saat ini hanya terdapat bukti epidemiologi yang
kurang memadai mengenai efek terhadap kondisi kehamilan sehubungan penggunaan
VDU.
Efek Medan Amplitudo Modulasi
Para peneliti juga telah melaporkan sejumlah efek
sehubungan dengan medan amplitude-modulated RF. Namun, sejauh ini belum
ada efek termalnya. Signifikansi efek fungsional tersebut juga tidak tampak.
Sebagai contoh, telah ada laporan-laporan hasil pengamatan pada perubahan
mobilitas ion kalsium pada jaringan otak dan perubahan dalam aktivitas listrik
dalam otak akibat microwaves berfrekuensi rendah (sekitar 16 Hz). Namun,
sampai saat ini masih sulit menggabungkan hasilnya. Hal ini disebabkan efek
yang dihasilkan relatif sangat kecil, dari besaran maupun durasi (waktu). Di
samping itu, juga sangat tergantung kepada beberapa faktor seperti parameter
paparan serta sistem biologi yang digunakan.
Efek Pulsa Medan
Penggunaan telepon mobil dan seluler sudah sedemikian
luasnya sehingga perhatian banyak diberikan kepada efek pulsa modulasi radiasi
RF. Pertama, pada microwave, manusia dapat merasakan efek yang
mengganggu akibat paparan pulsed-modulated RF radiation antara 200 MHz
dan 6,5 GHz, tergantung karakteristik modulasi medan. Secara umum, efeknya
berupa ekspansi termik pada jaringan otak, mengikuti sedikit kenaikan
temperatur, setelah penyerapan energi, menghasilkan gelombang suara di kepala
yang merangsang cochlea. Penyinaran yang dilakukan secara berulang-ulang
akan menimbulkan stres dan ketidaknyamanan.
Selanjutnya, waktu paparan yang lama oleh pulsa
microwaves dapat menimbulkan efek stres pada kimia syaraf otak. Bahkan, pada
percobaan dengan tikus, dapat mengurangi aktivitasnya. Paparan oleh high-peak
power microwave pulse menyebabkan respons kebiasaan yang spesifik, termasuk
gerakan tubuh. Kemungkinan lain efeknya juga pada pendengaran.
Dugaan adanya pengaruh terhadap penglihatan juga
muncul. Beberapa perubahan juga ditemukan pada jaringan mata, termasuk lensa
dan retina mata.
Studi yang Berkaitan Dengan Kanker
Beberapa tahun terakhir, tampak kekhawatiran mengenai
adanya kemungkinan kanker akibat medan berfrekuensi rendah maupun tinggi.
Kekhawatiran masyarakat tentunya akan terus bertambah dengan merebaknya
penggunaan telepon mobil dan seluler.
Namun, secara umum, sampai saat ini belum ada bukti
dalam skala laboratorium yang meyakinkan bahwa medan berintensitas rendah
menyebabkan kerusakan genetika. Berbeda dengan radiasi pengion, EMF tidak
memberikan energi yang cukup untuk memutus ikatan kovalen, sehingga tidak dapat
merusak DNA secara langsung. Sejauh ini, bukti eksperimen dari beberapa lembaga
yang besar mengkonfirmasikan bahwa paparan radiasi RF tidak meningkatkan
frekuensi mutasi atau aberasi kromosom bila temperatur (tubuh) dapat dijaga di
dalam batas fisiologi. Oleh karena itu, sejauh ini dapat diasumsikan bahwa EMF
berintesitas rendah belum terdapat bukti untuk menyebabkan efek yang
menimbulkan kanker.
Beberapa penulis terdahulu menyatakan bahwa medan
magnetik yang memungkinkan timbulnya kanker telah dilakukan uji-coba
menggunakan model hewan konvensional karsinogenetik. Dalam hal ini, hewan
tersebut disinari setelah sebelumnya diberikan bahan kimia karsinogen yang
dapat menyebabkan tumor. Medan magnetik ternyata tidak menimbulkan efek pada
pengembangan tumor kulit. Namun, beberapa ahli menyatakan adanya kemungkinan
kanker payudara meskipun beberapa penelitian lainnya masih bersimpangan hasil.
Beberapa penelitian saat ini juga sedang dilakukan guna menemukan beberapa
ketidakpastian tersebut. Di samping itu, ada beberapa bukti eksperimen yang
menyebutkan bahwa EMF dapat dikatagorikan sebagai ko-promotor yang mempercepat
efek bahan kimia tersebut menuju tumor. Namun, sampai saat ini belum terdapat
studi ulang yang dapat mengkonfirmasikan hasil tersebut.
Beberapa studi lain menemukan bahwa medan
berintensitas rendah sebenarnya dapat mempengaruhi pertumbuhan tumor dengan
inhibisi melatonin sintetis. Melatonin adalah inhibitor alami dari suatu tumor
dan dapat memainkan peranan yang membantu mencegah pengembangan suatu tumor.
Namun, tidak seperti pada hewan percobaan, paparan oleh medan magnetik tidak
menimbulkan efek rhythm melatonin pada manusia, sehingga tidak
mempengaruhi kesehatan (pada model ini). Beberapa ahli mengatakan lagi bahwa
radiasi RF dapat menimbulkan efek pengembangan tumor. Suatu mekanisme lain
menerangkan bahwa RF dapat merusak sistem kekebalan yang berperan mencegah
tumor. Namun, sampai saat ini belum ada bukti eksperimen yang begitu pasti.
Hasil studi baru-baru ini yang menggunakan transgenik
(genetika buatan) dari tikus menunjukkan bahwa pengembangan limfoma telah
menarik publikasi tersebut. Studi ini mengemukakan bahwa sejumlah tumor pada
hewan yang disinari dengan radiasi RF dari telepon mobil menunjukkan jumlah
yang lebih besar dua kali dari hewan yang tidak disinari. Tetapi, implikasi
dari hasil ini terhadap manusia masih belum jelas, karena sangatlah sulit untuk
mengekstrapolasi hasil dari hewan ke manusia. Penekanan yang dapat langsung
diambil dari hal ini adalah adanya efek pemanasan lokal bila eksperimen
menggunakan radiasi RF.
Banyak publikasi yang menyatakan bahwa paparan dengan
radiasi microwave dapat mengganggu kesatuan molekul DNA di dalam sel-sel
otak yang selanjutnya dapat menimbulkan beberapa patahan lanjutan. Hal ini
tentunya dapat menimbulkan tafsiran peningkatan risiko kanker. Namun, sekali
lagi, masih terdapat data yang kurang konsisten. Beberapa studi ulangan telah
dilakukan oleh peneliti dalam bidang ini, namum hasilnya masih belum
meyakinkan. Perlu disadari bahwa adanya kemungkinan efek-efek yang diamati
dapat merefleksikan perubahan di dalam kinetik pasangan DNA dan beberapa aspek
metabolisme. Hal ini tentunya perlu perhatian sehubungan dengan paparan
tersebut.
Secara model, efek biologi EMF dan RF dapat dilihat
pada gambar 3. Pada gambar tersebut, terlihat bahwa melatonin dianggap sebagai
pemicu pengembangan kanker dengan beberapa jalur mekanisme. Selanjutnya, dapat
diasumsikan bahwa jika EMF mengenai melatonin maka hal tersebut akan
meningkatkan risiko kanker. Dengan kata lain, bila tingkat melatonin berubah
secara signifikan (naik maupun turun), maka risiko kanker akan meningkat. Hal
ini terjadi pada hewan percobaan (mencit). Namun, EMF belum memberikan efek
yang berarti bagi manusia.
Daftar
Pustaka
Fathony,M.Radiasi.Elektromagnetik dari Alat Elektronik dan Efeknya
bagi Kesehatan.http://www.elektroindonesia
Tribuana Nana.Laporan
Evaluasi Teknis dan Sosialisasi pada Masyarakat tentang Dampak Medan Listrik
dan Medan Magnet di Bawah SUTT/SUTET, Proyek Penelitian Teknologi Energi dan
Ketenagalistrikan, Ditjen Listrik dan Pengembngan Energi. http://www.instrumen.org
Setiyoko.Alb. Pengaruh Radiasi Telepon Seluler pada Otak Manusia.Sigma
Vol.4 No.2 juli 2001
Play Free Casino Slot Games | CasinoLoland Japan happyluke happyluke 제왕카지노 제왕카지노 카지노사이트 카지노사이트 505Jockeys at home - Casinooland
BalasHapus